Feeds:
Posts
Comments

sole mio

one of my favourite song, the lyrics and it’s translation

Sole Mio

Che bella cosa na jurnata ‘e sole,
n’aria serena doppo na tempesta!
Pe’ ll’aria fresca pare già na festa…
Che bella cosa na jurnata ‘e sole.

Ma n’atu sole
cchiù bello, oje ne’.
O sole mio
sta ‘nfronte a te!
O sole
O sole mio
sta ‘nfronte a te!
sta ‘nfronte a te!

Quanno fa notte e ‘o sole se ne scenne,
me vene quase ‘na malincunia;
sotto ‘a fenesta toia restarria
quanno fa notte e ‘o sole se ne scenne.

Ma n’atu sole
cchiù bello, oje ne’.
O sole mio
sta ‘nfronte a te!
O sole
O sole mio
sta ‘nfronte a te!
sta ‘nfronte a te!

English Translation

What a wonderful thing a sunny day
The serene air after a thunderstorm
The fresh air, and a party is already going on…
What a wonderful thing a sunny day.

But another sun,
that’s brighter still
It’s my own sun
that’s in your face!
The sun, my own sun
It’s in your face!
It’s in your face!

When night comes and the sun has gone down,
I start feeling blue;
I’d stay below your window
When night comes and the sun has gone down.

But another sun,
that’s brighter still
It’s my own sun
that’s in your face!
The sun, my own sun
It’s in your face!
It’s in your face!

the veil, dari Dzata Ishma

karena bagus maka di copy lah:

 

They say, “Oh, poor girl, you’re so beautiful you know
It’s a shame that you cover up your beauty so.”
She just smiles and graciously responds reassuringly,
“This beauty that I have is just one simple part of me.
This body that I have, no stranger has the right to see.
These long clothes, this shawl I wear, ensure my modesty.
Faith is more essential than fashion, wouldn’t you agree?

This hijab,
This mark of piety,
Is an act of faith, a symbol,
For all the world to see.
A simple cloth, to protect her dignity.
So lift the veil from your heart to see the heart of purity.
They tell her, “Girl, don’t you know this is the West and you are free?
You don’t need to be oppressed, ashamed of your femininity.”
She just shakes her head and she speaks so assuredly,

“See the bill-boards and the magazines that line the check-out isles, with their phony painted faces and their air-brushed smiles?
Well their sheer clothes and low cut gowns are really not for me.
You call it freedom, I call it anarchy (mayhem).”
This hijab,
This mark of piety,
Is an act of faith, a symbol,
For all the world to see.
A simple cloth, to preserve her dignity.
So lift the veil from your heart to see the heart of purity.
Lift the veil from your heart and seek the heart of purity.

-Dawud Wharnsby Ali-

“Say to the believing men that they should lower their gaze and guard their modesty: that will make for greater purity for them: And Allah is well acquainted with all that they do. And say to the believing women that they should lower their gaze and guard their modesty: that they should not display their beauty and ornaments except what (must ordinarily) appear thereof; that they should draw their veils over their bosoms and not display their beauty except to their husbands, their fathers, their husband’s fathers, their sons, their husband’s sons, their brothers, or their brothers sons, or their women, or their slaves whom their right hand possess, or male servants free of physical needs, or small children who have no sense of the shame of sex; and that they should not strike their feet in order to draw attention to their hidden ornaments. And O you believers! Turn all toward Allah that you may attain bliss”
(Surat-An-Nur 24:30-31)

My Modesty
My Integrity
My Hijab..
^^

adakah kau meminta

adakah kau meminta

meminta memiliki sepasang telinga

untuk mendengar

meminta memiliki sepasang mata

untuk melihat

adakah kau meminta sepasang sayap?

 

adakah kau meminta

harimu penuh cahaya

bebas dan dibebaskan

mentertawai hidup dengan terang

tanpa keluh kesah dan air mata

 

adakah kau meminta

hidupmu dalam keasingan cahaya

gelap suram dalam tawa ketiadaan

adakah kau meminta

 

adakah kau meminta

menjadi apa

membentuk apa

adakah kau membayangkan

adakah hidup ini kau minta

dan dari pinta terwujud anganmu

 

adakah kau meminta

meminta-minta dalam diam

dan berharap

cakra berhenti berputar

dan kemenangan milikmu

kabut itu

kabut itu turun dan menutupi

menghampiri dalam kedinginan hati

tidakkah sama hari-hari ini dengan dulu

bintang yang sama memandang dari angkasa

cahaya yang sama menghiasi malam

tapi kabut itu ada

 

kabut itu

membuat semuanya berbeda

bintang yang sama berbeda dalam khayal

langit yang sama tidaklah lagi hitam kelam

kabut itu menutupi  membuat beda

 

tidak sama

tidak..tidak sama hari-hari ini

tidak sama dengan hari-hari itu

entah darimana dia hadir

kabut itu

 

memberatkan pandang langkah dan gerak

hari-hari ini tidak sama

kabut itu membuatnya berbeda

menunggu matahari membuat perbedaan

menciptakan matahari sendiri

dan kabut itu masih ada

masih ada menunggu

menuggu akhirnya

Rambo IV

Rambo IV, film paling barunya si tua keladi Stallone dalam seri Rambo. Ga pengen membahas film ini secara utuh sih, tapi ada satu percakapan yang cukup mengena antara si Rambo dan para tentara bayaran itu, do you want to live for nothing or die for something…mau hidup tanpa arti atau mati untuk sesuatu..

 

Tidak dalam konteks membicarakan kematian, tapi membicarakan sesuatu yang berarti untuk diperjuangkan. Something worth fighting for. Hal yang bisa jadi sulit, bisa jadi mudah untuk kita mengerti. Yang jelas, hidup ini terbatasi oleh waktu, dan bagaimana waktu itu dimanfaatkan menjadi dasar yang cukup kan untuk memikirkan kembali hal itu.

 

Apa ya hal itu..bisa jadi apa saja bagaimana seseorang memaknai mungkin. Ketika kita bangun pagi dan memulai apapun aktivitas kita, seyakin saya di dalamnya ada hal yang kita perjuangkan, something worth fighting for, hingga kita bangun pagi-pagi dan memulai kegiatan kita. Karena apapun itu..ada bagian kecil dari hal-hal besar tersebut.

 

Saya sendiri tidak pernah memikirkan itu, mungkin teman-teman saya juga tidak sering, seperti Sherlock Holmes mempraktekan ilmu analisisnya dengan sebuah sistematika berpikir dan logika yang terlatih sehingga proses itu berlalu dengan sangat cepat. Demikiankah dengan kegiatan kita? Berlalu saja tanpa dimaknai..well, saya sering begitu..sering..dan ketika teringat, teringat akan tujuan-tujuan dan hal-hal yang kita inginkan, dorongan yang tak terasa pun seakan menguatkan hati dan tubuh kita..

 

Merindukan itu memang..merindukan kesadaran-kesadaran itu..kesadaran yang membuat setiap jam, hari, minggu, bulan, dan tahun memiliki arti dalam setiap lalunya..arti dalam setiap hal yang kita lakukan..walaupun kecil.

 

Bahwa tidak ada sesuatu apapun yang diciptakan dengan kesia-siaan..

bapak dan operasi seroja..

Tadi siang, bapak cerita lagi soal masa lalunya sekitar tahun 80an dalam partisipasinya di operasi seroja. Cerita-cerita yang jarang sekali keluar dari mulutnya sendiri. Seumur hidup hanya ada sedikit cerita mengenai masa operasi itu, dari beberapa orang dekat keluargaku, mungkin ini beberapa:

 

1. mba pien

my beloved sister..dulu bapak ikut serta operasi seroja, yang tampaknya cukup lama. Kejadiannya adalah ketika bapak akhirnya pulang kerumah, aku sendiri belum lahir, jadi tidak tahu rasanya. Mama selalu bilang, masa itu selalu khawatir kalau melihat bendera setengah tiang di lapangan batalion, itu artinya ada anggota batalion yang gugur di timor timur, disingkat tim-tim lah.

 

Hari itu, mba pien sedang bermain di halaman depan rumah kami, kami ya walaupun saya belum lahir. Mama sedang di dapur, tampaknya memasak. Ketika di dapur itulah mba pien menghampiri mama dan (kira-kira) bilang:

“mama..itu di depan ada oom-oom brewokan..”

dan ternyata oom-oom brewokan itu adalah bapak

 

2. surat Yaasin

Ini dari guru ngaji, oom Syamsul, sudah beruban sekarang tapi masih semangat. Beliau pernah cerita sewaktu regu bapak disergap fretilin disebuah hutan, diserbu juga tepatnya. Saat itu salah seorang kawan bapak bersembunya dibalik pohon sambil menembak & berteriak-teriak “yaasiin..yaasiin”..rupanya beliau ini sedang menghapal tapi keburu diserbu, dan yang teringat hanya itu saja..yaasiin..

 

3. dari Mama

Mama cuma cerita satu ini saja terkait operasi Seroja waktu bapak ikut serta. Mama pernah bilang bapak itu penerjun yang cukup handal & nekat, cerita mama ini berkaitan dengan itu. Dalam sebuah misi, bapak yang seorang infanteri lintas udara (kerennya airborne), diterjunkan ke sebuah wilayah yang dianggap wilayah musuh. Rupanya pesawat tersebut menerjunkan para prajurit diluar tempat yang seharusnya, dan disekitar tempat itu terdapat markas fretilin. Alhasil, pasukan yang diterjunkan itu ditembaki dari bawah. Beberapa kawan bapak tewas saat itu, bahkan beberapa hilang. Alhamdulillah bapak selamat

 

4. dari Bapak

Nah, yang ini baru sekali bapak cerita. Terkait dengan gempa dan lebaran tahun ini. Bapak berkomentar mengenai pengungsi gempa yang mengeluh seolah mereka paling menderita, begitu katanya, dan lebarannya gagal. Bapak bercerita pada saat itu, bahwa mereka memasak nasi pun tidak bisa.

Disaat lebaran, di timor-timur, asumsi saya bukan di kota karena bapak bilang harus masak nasi sendiri, berarti di pedalaman. Idul Fitri hari itu bapak dan pasukannya sedang memasak nasi, ketika ada teriakan ‘hai..cepat bergerak..pasukan ‘A’ (lupa namanya) sedang diserang’

 

Bapak yang seorang muslim beserta kawan-kawannya memasak nasi pun tidak sempat, harus menyongsong butiran peluru yang diarahkan untuk membunuh mereka dulu.

 

 

Itulah segelintir cerita tentang bapak dan operasi seroja yang pernah beliau ikuti. Dulu sewaktu kecil pernah bertanya soal ornamen di seragam dinas upacara bapak, kata bapak itu penghargaan operasi seroja. Proud of you dad..atas tugas yang dilakukan dengan baik untuk negaranya.

Bahwa sebuah organisasi itu dicerminkan dari orang-orang yang berada di dalamnya apakah sebuah pendapat yang tidak biasa? Terinspirasi dari sebuah comment nan panjang di sebuah status Facebook sebuah organisasi yang mengeluarkan sebuah pernyataan kecil..

Memang tidak selamanya demikian, tidak selamanya sebuah organisasi itu dicerminkan oleh para anggotanya, akan tetapi yang lebih kuat terhadap pencerminan itu adalah perilaku dari orang-orang di dalam organisasi itu. Stereotipe orang terhadap organisasi akan dibenarkan dengan perilaku..bukan dari orang-orang yang mengisi organisasinya..

 

haaaaaah!! susah dah ah..

Serangan Kearah Leher

Lagi pengen sedikit sotoy dan membahas teknik, sotoynya aga ilmiah juga sih walaupun pastinya ga terlalu akurat. Mohon maaf ya mas dan mba pelatih yang baca..ada yang sotoy disini..hehe

 

Salah satu teknik serangan PD yang suka saya gunakan itu adalah serangan ke leher,  paling tidak ke leher dan kearah ketiak sebagai titik lemah. Yang coba saya bahas disini yang kearah leher.

 

Umumnya orang pasti tau kalo mukul leher pasti fatal, karena leher itu salah satu titik lemah dan hampir ga bisa ditahan serangan kearah itu ketika serangannya tembus. Disitu ada tenggorokan dan lain-lain yang mengganggu jalan nafas ketika terhantam. Salah satu efek serangan selain tenggorokan atau kerongkongan yang patah, bergeser, atau pendarahan adalah minimal jalan nafas yang terganggu, akan tetapi ada satu lokasi fatal yang ada di leher yang membutuhkan akurasi yang cukup ketika menyerang. Titik itu lazim dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Vagus Nerve..

 

Salah satu fungsi dari vagus nerve ini adalah kegiatan syaraf  yang berkaitan dengan jantung, tepatnya detak jantung. Gerakan parasimpatetik jantung ini juga di mediasikan oleh vagus nerve ini, dimana salah satu hubungannya adalah mengirim sinyal antara jantung ke otak. Ketika terjadi rasa sakit di jantung misalnya, vagus nerve ini yang melaksanakan tindakan memperlambat detak jantung sehingga mengurangi rasa sakit.

 

Apa yang terjadi ketika bagian ini menerima serangan langsung dengan presisi yang tinggi dan kekuatan pukulan yang cukup? Yang akan terjadi adalah gangguan sinyal syaraf antara vagus nerve dengan tulang belakang dan otak. Dua jaringan utama syaraf tersebut akan seolah mendapatkan sinyal bahwa jantung kita mengalami sebuah tekanan yang besar dalam kegiatannya dan membahayakan jantung itu. Sinyal yang kemudian akan diterima jantung tersebut adalah untuk melambatkan diri, dan lebihnya menghentikan kegiatannya.

Bisalah diambil kesimpulan betapa fatalnya daerah leher. Sebuah pengingatan teman-teman untuk tidak bercanda dalam hal apapun yang berujung pada menekan atau memukul leher. Akibatnya bisa fatal loh, tulisan ini untuk menambah khasanah saja, tidak untuk memprovokasi teman-teman untuk meniru walaupun ini bisa dipelajari. Tapi ingat, beladiri untuk bela diri, bukan untuk cari lawan dan menyakiti.

 

Wallohu’alam…

Terang Bulan

Terang bulan
Terang bulan di kali
Buaya timbul disangkalah mati
Jangan percaya mulutlah lelaki
Berani sumpah ‘tapi takut mati
Jangan percaya mulutlah lelaki
Berani sumpah ‘tapi takut mati

Waktu potong padi di tengah sawah
Sambil bernyanyi riuh rendah
Memotong padi semua orang
Sedari pagi sampai petang

Waktu potong padi di tengah sawah
Sambil bernyanyi riuh rendah
Bersenang hati sambil bersuka
Tolonglah kami bersama sama

 

Lagu Kebangsaan Malaysia Mirip Lagu Terang Bulan

Jum’at, 28 Agustus 2009 | 16:28 WIB

 

TEMPO Interaktif, Surakarta – Setelah bermasalah dengan tari Pendet, Malaysia, kembali terancam somasi dari Indonesia berkaitan dengan dugaan plagiat lagu. Tidak tanggung tanggung, lagu kebangsaan Malaysia, Negaraku, diduga menjiplak salah satu lagu milik perusahaan rekaman Lokananta yang berada di Surakarta. “Lagu kebangsaan Negaraku, diduga meniru salah satu lagu kita yang berjudul Terang Bulan,” kata Kepala perusahaan rekaman Lokananta Surakarta, Ruktiningsih, Jumat (28/8).

Lagu Terang Bulan sebenarnya tidak diketahui siapa penciptanya. Menurutnya, lagu tersebut pertama kali dinyanyikan secara koor di Radio Republik Indonesia stasiun Jakarta pada tahun 1956. Kemudian, lagu tersebut dipindahkan ke piringan hitam di perusahaan rekaman Lokananta, yang statusnya saat ini merupakan salah satu cabang dari perusahaan negara Perum Percetakan Negara RI. “Semua ada catatannya dalam kartu rekaman,” kata Ruktiningsih.

“Kedua lagu tersebut sangat identik dan sangat mirip, terutama dalam hal introduksi, nada dan tempo lagu,” kata Ruktiningsih. Menurutnya, hanya syairnya saja yang berubah. Selain itu, musik pengiring juga mengalami modifikasi dengan sentuhan orkestra. “Sebab lagu Negaraku merupakan lagu kebangsaan sehingga musik pengiringnya menyesuaikan,” kata Ruktiningsih. Sedangkan lagu Terang Bulan memakai iringan musik yang sejenis dengan musik keroncong.

Dirinya mengaku tidak tahu persis sejarah lagu Terang Bulan tersebut. Namun Ruktiningsih yakin, lagu ini lahir lebih dulu ada sebelum Malaysia memperoleh kemerdekaannya. Lagu tersebut juga telah lama populer, jauh sebelum direkam di stasiun Radio Republik Indonesia Jakarta.

Sebenarnya, dirinya sudah mengetahui sejak lama adanya dugaan menjiplakan lagu Terang Bulan tersebut oleh Malaysia. Semula, pihaknya hanya berdiam diri dan tidak pernah mempermasalahkan. “Namun setelah adanya kasus tari Pendet, kita tidak bisa lagi berdiam diri,” katanya.

Menurut konsultan hukum Lokananta, Jaka Irwanta, pihaknya akan segera menghadap Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, untuk membicarakan masalah dugaan penjiplakan lagu milik Lokananta oleh Malaysia. “Kemungkinan pekan depan kita akan ke Jakarta,” kata Jaka Irwanta, Jumat (28/8).

Jaka mengatakan, agenda dalam pertemuan tersebut akan membicarakan mengenai kemungkinan dilakukannya pelayangan surat somasi kepada Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia.

Dirinya mengakui, jika somasi tersebut dilayangkan, berpotensi membawa akibat besar terhadap hubungan antar negara. “Sebab tidak main-main, yang disomasi adalah lagu kebangsaan,” kata Jaka. Hanya saja menurutnya, Malaysia perlu untuk mendapatkan pelajaran agar dapat menghargai kebudayaan bangsa lain, terutama Indonesia.

Selanjutnya Jaka menceritakan, sebenarnya Presiden Soekarno memang pernah menghadiahkan piringan hitam lagu Terang Bulan kepada pemerintah Malaysia, yang saat itu belum merdeka. “Namun itu hanya hadiah, bukannya untuk dijiplak,” katanya.

AHMAD RAFIQ

PUSGERAK

Ada sebuah keterkejutan ketika mengetik nama Pusgerak di Google search, ternyata Pusgerak bukan hanya sebuah nama yang digunakan oleh sebuah bidang pada empat kepengurusan terakhir di BEM UI,  yaitu periode 2006-2007 dengan ketua BEM Ahmad Fathul Bari, periode 2007 (masa transisional waktu kepengurusan lembaga se-UI) dengan ketua BEM Muhammad Tri Andika, periode 2008 dengan ketua BEM Edwin Nofsan Naufal, dan periode 2009 dengan ketua BEM Trie Setiatmoko. Baik, ini pusgerak yang saya tahu..

 

Para korbid Pusgerak tersebut sesuai urutan tahun adalah:

  • Yustisia Rahman, S.H.,
  • Ivan Ahda, S.Psi,
  • Heggy Kearens, S.Psi, dan
  • Imaduddin Abdullah.

Yang terakhir ini masi dalam kepengurusan dan belum sarjana jadi belum ada gelarnya, hahahaha..

 

Pusgerak BEM UI, akronim dari Pusat Kajian dan Studi Gerakan dimana saya cukup beruntung untuk ada di dalam dua periode dari keempat periode tersebut merupakan sebuah bidang tersendiri dan cukup unik dari sebuah organisasi bernama Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia. Konon berawal dari susunan staf ahli ketua BEM UI pada masa-masa sebelumnya yang dijadikan satu bidang tersendiri, tidak dengan nama staf ahli mengingat staf ahli memiliki makna yang cukup berat karena orang di dalamnya mumpuni dalam keahliannya dan diharapkan tidak berbuat salah..tidak demikian dengan mahasiswa yang berada di dalam Pusgerak BEM UI.

 

Dengan tugas yang cukup beragam dan SOP organisasi yang berbeda-beda pada setiap masanya, Pusgerak BEM UI menjadi sebuah bidang yang unik dan cukup dikenal di kalangan organisasi kemahasiswaan di UI maupun di lingkup yang lebih luas. Senantiasa memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada ketua BEM UI dan BEM UI itu sendiri serta melakukan kajian-kajian dengan beragam isu yang ada dan berkembang di masanya, Pusgerak merupakan sebuah entitas yang saya sangat bangga untuk menjadi salah satu diantara orang-orang hebat ini.
Begitulah singkatnya pusgerak BEM UI, dengan motto kami hingga saat ini Berpikir, Bernalar, Bertindak..

 

for you guys..my super team of 2008 & 2009

 

Verus amicus amore more ore re cognoscitur

True friend becomes known in the love, the disposition, the speeches, the deeds